Asal Usul Nama Desa Jember di Kudus
Sejarah sabung ayam di kota kudus menurut legenda sudah dimulai sebelum masa
penyebaran islam di kudus dan pada masa penyebaran islam di kudus di kisahkan
putra dari sunan kudus di tugaskan oleh ayahnya guna menyebarkan ajaran islam
di daerah
Kedu Sala Tiga.
Kedu Sala Tiga.
Kemudian dengan karaktristik masyarakat Kedu yang sangat gemar menyabung
ayam putra Sunan Kudus mendekati mereka dengan pendekatan sosio cultural dengan
mengikuti sabung ayam tersebut, dalam pertandingan tersebut ayam putra Sunan
Kudus menjadi ayam jawara,
kemudian diketahui Sunan Kedu yang notabennya adalah seorang wali, maka
putra Sunan Kudus kemudian di tantang bertanding (Sabung Ayam ), dengan taruhan
pakaian yang mereka pakai, akhirnya putra Sunan Kudus kalah dan di ambil
pakaiannya, dan kemudian putra Sunan Kudus kembali pulang dengan hati yang
malu, kemudian putra Sunan Kudus lapor pada ayahandanya dengan sedikit ucapan
emosi sunan kudus berkata (kudus dodol rak kulaan) yang artinya kudus jual
tetapi tidak membeli,
kemudian putra Sunan Kudus di suruh kembali menyabung ayamnya dengan Sunan
Kedu, dengan harapan dapat mengambil kembali pakaiannya yang telah di
pertaruhkan, akhirnya putra Sunan Kudus berhasil memenangkan pertandingan tersebut
dan pakaian yang di pertaruhkannya berhasil di ambil kembali,
menyadari kekalahannya Sunan Kedu sadar bahwa yang mengalahkannya bukan
putra orang biasa pasti ini adalah putra seorang Wali, (orang jaduk) orang
hebat, akhirnya Sunan Kedu mancari tahu, dan akhirnya dia berhasil mendapatkan
identitas anak tersebut yang tidak lain adalah putra Sunan Kudus.
Kemudian karna kekalahan tersebut Sunan Kedu semakin penasaran dan ingin
mencoba kesaktian Sunan Kudus, maka bertandanglah Sunan Kedu di kota Kudus dengan
mengendarai sebuah tampah yang terbuat dari bambu dengan maksud ingin pamer
kesaktian pada Sunan Kudus.
Seorang sakti hanya memiliki ilmu peringan tubuh sedemikian rupa sehingga
hanya dengan melemparkan tampah ke udara kemudian dia meloncat hinggap di atas
tampah itu diapun dapat terbang menurut keinginannya.
Pada suatu hari Ki Ageng Kedu yang penasaran atas kesaktian Sunan Kudus
ingin mencoba adu kesaktian. Seperti biasa, dia mengambil tampah kemudian
terbang ke daerah Kudus.
Orang-orang yang melihatnya merasa kagum dan heran, Ki Ageng Kedu lewat
begitu saja dengan cepatnya di atas rumah-rumah penduduk. Sewaktu berada di
daerah Kudus ia tidak langsung turun dari tampahnya, mala tertawa ngakak
berkeliling kota Kudus. Muridmurid Sunan Kudus sudah penasaran melihat
kepongahannya, tapi saat itu Sunan Kudus belum keluar dari Masjid, beliau masih
membaca dzikir seusai shalat. Dia juga tak merasa heran saat keluar dari masjid
melihat Ki Ageng Kedu berteriak-teriak memanggil namanya.
“Hai Sunan Kudus ayo keluarlah! Hadapilah aku Ki Ageng Kedu yang hendak
menantangmu adu kesaktian !”
Tiba-tiba Sunan Kudus menundingkan tangannya ke arah Ki Ageng Kedu sembari berkata, “Aku di sini Ki Ageng Kedu !”
Seketika tersirap darah Ki Ageng Kedu. Tampah yang dikendarainya mendadak oleng kesana-kemari. Tak terkendalikan lagi, tubuhnya yang ringan mendadak berubah menjadi berat dan segera tersedot oleh gaya tarik bumi, bahkan seperti dihempaskan oleh tenaga gaib yang tak tampak oleh mata.
Tiba-tiba Sunan Kudus menundingkan tangannya ke arah Ki Ageng Kedu sembari berkata, “Aku di sini Ki Ageng Kedu !”
Seketika tersirap darah Ki Ageng Kedu. Tampah yang dikendarainya mendadak oleng kesana-kemari. Tak terkendalikan lagi, tubuhnya yang ringan mendadak berubah menjadi berat dan segera tersedot oleh gaya tarik bumi, bahkan seperti dihempaskan oleh tenaga gaib yang tak tampak oleh mata.
Tubuh Ki Ageng Kedu terlempar ke tanah yang becek daerah selokan yang
sekarang menjadi pasar jember dan di namai dengan Desa Jember, yang
becek dalam bahasa Jawanya disebut Jember,
becek dalam bahasa Jawanya disebut Jember,
hingga sekarang tempat Ki Ageng Kedu itu, jatuh disebut Jember.
, kemudian Sunan Kedu kembali menaiki tampahnya dan pada suatu daerah Sunan
Kedu hilang keseimbangan (mereng-mereng), maka daerah yang di lewati tersebut
di namakan Desa Pereng
dan akhirnya dengan badan yang kotor bekas air comberan (jember) Sunan Kedu
sampai pada suatu (kulah) kamar mandi, mandi mensucikan diri maka di daerah
situ di namakan pasucen,
sunan kedu ingin menemui sunan kudus, akhirnya sunan kedupun kemalaman dan
mencari penginapan akhirnya sunan kedu menginap di sebelah timur rumah sunan
kudus.
Comments
Post a Comment